Ternyata, Yang Harus Lebih Dekat dengan Anak itu adalah Ayah bukan Ibu. Ini Buktinya..

Seseorang yang mampu memunculkan potensi & kemampuan dirinya maka dia akan mampu memberikan peran terbaiknya di masyarakat luas

Sebuah panci, memiliki peran terbaiknya saat ia digunakan untuk memasak sehingga menghasilkan masakan yang lezat. 

Namun bisa saja panci itu digunakan sebagai pengganjal pintu, dipukul-pukul agar keluar suara untuk membangunkan orang makan sahur. Atau pancinya dilempar untuk ngeprank Orang lain yang mana hal itu bukan peran terbaik dari sebuah panci. 

Maka pada saat panci itu digunakan bukan pada peran terbaiknya maka  dia sedang berada pada kondisi yang tidak sesuai dengan Fitrahnya. 

Demikian juga sendal, peran terbaik sepasang sendal adalah sebagai alas kaki. Sehingga orang yang  memakainya merasa lebih aman, bersih, nyaman dan tidak kesakitan. 

Namun ada juga sendal yang tidak digunakan untuk peran yang sesungguhnya. Misalnya sendal digunakan oleh anak-anak sebagai senjata mainan saat mereka main lempar-lemparan, yang tentunya bukan peran terbaiknya sebagai sepasang sendal.

Demikian juga dengan anak-anak kita

Kita harus berupaya membantu mereka menemukan peran terbaik mereka. Mereka akan berperan sebagai apa di masa depannya.  Tentunya antara satu anak dengan yang lainnya akan memerankan peran yang berbeda  atau bisa sama. 

Ada anak yang peran terbaiknya sebagai Ustadz atau Ulama. Ada yang berperan sebagai  praktisi pendidikan. Ada yang peran terbaiknya di Bidang IT, Militer dan sebagianya. 

Namun ada juga orang-orang yang menjalani hidupnya sekedar menjalani saja tanpa tau peran terbaiknya dia di Dunia sebagai apa. 

Sehingga peran yang dijalankannya tidak maksimal, tidak sesuai peruntukan utamanya sebagaimana panci yang dipukul-pukul tadi, yang tidak sesuai fitrahnya sebagai panci.

Setiap orang pasti memiliki misi tertentu  yang harus ia  jalani. Seorang Astronot yang dikirim ke luar angkasa pun  pasti memiliki misi yang spesifik. Apalagi manusia sebagai Khalifah di Bumi dikirim Allah Subhanahu wa taala pasti dibekali  misi & tugas yang sesuai dengan peran terbaiknya.

Bagi Mereka yang berhasil menemukan peran terbaiknya selama  hidup di bumi ini, maka insya Allah akan memberikan manfaat  yang besar dan maksimal bagi masyarakat sebagai jalan menuju Allah. 

Namun, ada juga orang yang sampai akhir hidupnya ia tidak berhasil menemukan peran terbaiknya, sehingga kurang memberikan manfaat bagi orang di sekitarnya. Hal itu disebabkan Ia hanya menjalankan peran yang kurang sesuai dengan fitrahnya. 

Oleh karena itu, mari bantu putra putri kita untuk menemukan peran terbaiknya. Sehingga ia memberikan manfaat yang maksimal bagi dirinya dan orang lain. 

Salah satu Cara agar putra putri kita mudah menemukan peran terbaiknya yaitu dengan melekatkan Figur Ayah kepada Mereka. 

Melekatkan figur artinya Mengasuh, Ngopeni, Mendengarkan mereka dan membantu Memberikan solusi saat mereka berada di zona tidak nyaman. Jadi yang harus lebih dekat dengan anak itu bukan ibu tapi ayah. Karena :

✅ Al Quran berbicara tentang ayah lebih banyak dibandingkan ibu

✅ Dari 17 dialog pengasuhan dalam al Quran yang tersebar dalam 9 surat, 14 diantaranya dialog tentang ayah dan anak.

✅ Tokoh hebat tidak lepas dari sosok Kehadiran ayah secara biologis & psikologis

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam walau yatim ada kakek sebagai pengganti sosok ayah.

Maryam walau yatim namun ada ayah pengganti dalam diri Nabi Zakarya alaihisalam

✅ Dampak kerusakan akibat ketiadaan ayah (father hunger) yaitu Kerusakan psikologis yang diderita anak akibat tidak mengenal ayahnya, diantaranya :

⛔ Rendahnya harga diri anak (minder). Misalnya, Anak yang pagi hari dibangunkan oleh ayah lebih berprestasi & kompetitif

⛔ Remaja yang Bertingkah kekanak-kanakan akan mengalami delay puberty.

⛔ Terlalu tergantung kepada orang tua. Sulit mandiri. Hal ini disebabkan anak berada pada zona nyaman ibu. Bermula dari menyapih anak yang telah berusia 2 tahun, supaya anak lepas dari zona nyaman ibu.

⛔ Kesulitan menentukan identitas seksual (cenderung feminin atau hipermaskulin)

⛔ Kesulitan menemukan peran terbaik atau Branding

⛔ Kesulitan dalam belajar. Karena menurut penelitian otak kiri distimulasi oleh ayah, dan otak kanan distimulasi oleh ibu.

⛔ Kurang bisa mengambil keputusan, menjadi ragu-ragu atau terbawa perasaan.

⛔ Bagi anak perempuan tanpa model ayah akan sulit menentukan pasangan tepat, salah memilih laki-laki yang layak. Mudah jatuh ke pelukan laki-laki sembarangan & bila ada masalah cepat gugat cerai

___

Ustadz Khudori Sirojuddin

Pesantren Inklusi Griya Sunnah Cileungsi Bogor 

wa.me/6281317002011 


0 Komentar