Ternyata Ini Panggilan Terbaik Kepada Guru

 

HomEdu Metland Cileungsi

Sekolah Tanpa PR, Nol LKS, Gak Beli Buku, Guru Gak Boleh 3M, Pend. Karakter. Klik Disini


Tauhid merupakan Pondasi dari segala disiplin ilmu. Mengapa tauhid menjadi Pondasi

Karena di dalam pembelajaran tauhid terkandung unsur pendidikan Karakter ( Akhlak).

Saat Seseorang sudah memahami, Menyelami, meresapi nikmatnya Ma'rifatullah (Memahami sifat Allah Dengan Jalan Ilmu tauhid yang benar) maka pemahaman itu akan membentuk akhlak (Karakter) yang indah. 

Karena puncak segala Keilmuan akan berujung kepada.. 

Rasa Takut Kepada Allah

(Imam Ahmad, Al-Furu u' 2/354)


Maka sudah selayaknya anak anak kita dididik Adab Sebelum Ilmu, Ibnul Mubarok berkata :


تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين


Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.


Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah berkata:


كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف أو يزيدون نحو خمس مائة –يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت


Yang menghadiri majelis Imam Ahmad mencapai 5.000 orang bahkan lebih. Namun hanya sekitar 500 orang saja yang mencatat pelajaran yang ia sampaikan. Sedangkan sisanya yang hadir hanya untuk melihat keindahan adab dan kepribadiannya." 

[Manaqib Imam Ahmad Hal 288]


Maka para santri sudah seharusnya menghormati ta'dzim kepada para guru. Termasuk di dalamnya adab memanggil guru harus dengan panggilan terbaik.


Kepada para guru sebaiknya para thalibul ilmi tidak langsung memanggil Namanya, misal nya: Hai Harun... tapi harus di awali dengan Penyebutan kata yang sopan yang berlaku di Daerah masing masing. Bisa dengan Ustadz, Syeikh, Duktur, Prof atau yang sejenisnya.


Juga tidak dibenarkan memanggil dengan panggilan yang tidak sepadan misalnya dengan " Pa "saja atau memanggil dengan " Kamu" dan semisalnya. 


Bukan karena guru gila pujian dan ingin diagungkan tetapi semata mata karena ini perintah Allah untuk mengagungkan ilmu dan para ahli ilmu. 


Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata : 


ولا تناديه باسمه مُجَرَّداً ، أو مع لَقَبه كقولك : يا شيخ فلان ! بل قل : يا شيخي ! أو يا شيخنا فلا تُسَمِّه ؛ فإنه أرفع في الأدب، ولا تخاطبه بتاء الخطاب، أو تناديه من بُعْدِ من غير اضطرار.

وانظر ما ذَكَرَهُ اللهُ تعالى من الدلالة على الأدب مع مُعَلِّم الناسِ الخير في قوله : لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بعضاً ...) الآية .


Dan jangan lah engkau memanggil ( guru ) dengan menyebut namanya (dihadapannya) atau Laqabnya seperti "Wahai Syeikh Fulan". 


Tapi Panggil lah :

"Wahai Syeikh ku" atau "Wahai Syeikh Kami". (Ustadzku atau Ustadz Kami)

Dan dalam panggilan tidak perlu menyertakan Namanya. 

Karena dengan cara itu lebih tinggi Adab.


Dan jangan berdialog dengan nya dengan menggunak Ta Mukhatab ( Memanggilnya menggunakan katan" Kamu ").

Atau memanggilnya dari kejauhan kecuali dalam kondisi terpaksa.


Coba simak apa yang Allah sampaikan sebagai dalil diharuskannya beradab secara baik kepada guru orang banyak sebagaimana firman-nya : 

لَّا تَجۡعَلُوا۟ دُعَاۤءَ ٱلرَّسُولِ بَیۡنَكُمۡ كَدُعَاۤءِ بَعۡضِكُم بَعۡضࣰاۚ 

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).

[Surat An-Nur: 63]

Dinukil dari Kitab Syarh Hilyah Thaalibil 'Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.


Ibnul Jama'ah berkata: 


يقول ابن جماعة في آداب الطالب مع شيخه ينبغي أن لا يخاطب شيخه بتاء الخطاب، وكافه، ولا يناديه من بعد، بل يقول: يا سيدي ويا أستاذي


Hendaknya seorang murid tidak memanggil gurunya dengan kata ganti 'engkau' atau 'kamu'. Tidak pula menyeru gurunya dari jarak jauh.

Semestinya seorang murid memanggil gurunya dengan "wahai sayyidi (tuanku)" dan "wahai ustadzi (guruku)".

__

Ustadz Khudori Sirojuddin

Mudir Pesantren Griya Sunnah Cileungsi Bogor 

0 Komentar