Begini Penafsiran Yang Benar Mengenai "Syetan di Belenggu di Bulan Ramadhan"



Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Ketika bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelanggu.



Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor 1079 dari Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu Hajar. 


Mereka meriwayatkannya dari Ismail bin Ja‘far, dari Abu Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah dari Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 


Pertanyaannya, mengapa di bulan Ramadhan masih banyak saja manusia yang maksiat dan mengumbar syahwat? Bukanlah setan dan jin-jin yang jahat sudah dibelenggu?


Semestinya semua manusia bisa berbuat taat karena tidak ada lagi syetan yang menggoda.


Inti permasalahan dalam hadits di atas adalah apakah kata "Shuffidat" ( Dibelenggu) itu dimaknai Hakiki ( Makna Sesungguhnya) atau Majazi ( Makna Kiasan)?


Secara harfiah memang kata “shaffada” memiliki makna lugas “Mengikat” atau “Membelengu”, termasuk membelenggu dengan belenggu besi, seperti yang disebutkan Ibnu Hajar. 


Akan tetapi jika hadits di atas dimaknai dengan Makan lugas maka akan terjadi beberapa kontradiksi: 


1. Akan Bertentangan dengan Surat Al Araf ayat 14 - 16


Allah Subhanahu Wataala berfirman: 


قَالَ أَنظِرۡنِیۤ إِلَىٰ یَوۡمِ یُبۡعَثُونَ (14)

قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِینَ (15) 

قَالَ فَبِمَاۤ أَغۡوَیۡتَنِی لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَ ٰ⁠طَكَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ (16) 


Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".


Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh".Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. 


[Surat Al-A'raf: 14-17]


Mafhum ayat di atas menunjukkan bahwa Allah telah memberikan kebebasan kepada Iblis Untuk menggoda anak Adam full time. 24 jam dalam sehari, 7 Hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan dan 12 Bulan dalam setahun. 


Tiba- tiba pada zaman Nabi Muhamad di bulan Ramadhan mereka dibelenggu dan dihentikan aktifitasnya selama satu bulan secara total. 


Hal ini akan memicu gelombang protes dari iblis karena Allah telah menyelisihi janjinya.

Karena telah melanggar kesepakatan pada zaman Azali dulu bahwa Allah tidak akan mematikan bangsa iblis dan memberikan hak menggoda Anak Adam dari jalan yang lurus sampai hari kiamat. 

Jadi dibulan Ramadhan mereka tidak dibelenggu secara real, tidak dinonaktifkan secara totalitas karena itu akan melanggar janji Allah. Mereka hanya diperkecil ruang geraknya dalam menggoda manusia..


2. Bertentangan pula dengan Bukti empiris bahwa di bulan Ramadhan Banyak manusia yang masih bermaksiat. Sebagaimana sudah dijelaskan diparagraf sebelumnya.


3. Bertentangan pula dengan fitrah takdir dan penciptaan.


Tidak lah Allah Subhanahu Wataala menciptakan takdir sesuatu melainkan pasti ada ada fungsi nya. 


Allah Subhanahu Wataala berfirman:


رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ


Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.


(Ali Imran : 191)


Maka ketika Allah bukakan di Bulan Ramadhan pintu surga yang 8 dan tutup pintu Neraka yang 7, dan kita maknai dengan makna sesungguhnya seperti terbuka nya pintu masjid. Maka pertanyaannya..


Apa Fungsi dari dibukakan pintu pintu surga itu dan ditutup pintu pintu neraka itu, sedangkan kiamat belum terjadi..

Siapa yang akan lewat pintu pintu itu dan siapa yang akan masuk ke dalamnya. Sedangkan manusia seluruhnya masih ada di bumi mereka belum memasuki fase alam akhirat..?


Maka dari 2 pendekatan makna Shuffidat, Sepertinya pendekatan yang lebih mendekati kebenaran adalah melalui pendekatan Majazi ( Kias ). Yaitu makna yang bukan sesungguhnya. Yaitu : Dibukakan peluang peluang Amal Menuju jalan surga ditutup peluang peluang menuju jalan Neraka dan diperkecil ruang gerak syeitan dalam menggoda manusia.


Jadi bagi mereka yang Melakukan puasa di bulan ramadhan dengan iman dan ihtisab dan menjalankan syarat dan rukunnya maka ruang gerak syeitan untuk menggoda mereka menjadi sempit. 


Hal ini sejalan dengan pendapatnya Syeikh Abu Muhammad penulis Kitab ‘Umdatul Qari, mengapa kemaksiatan masih merebak pada bulan Ramadhan walau setan dibelenggu?


Jawabannya setan terbelenggu pada bulan itu bagi orang-orang berpuasa yang menjaga syarat, rukun, dan adabnya. 


(Syekh Badruddin Al-Aini, ‘Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari, juz X, halaman 270).

 

Begitu pula Abu ‘Umar Yusuf Al-Qurthubi berpendapat dengan pendapat yang serupa , beliau berkata: 


“Menurut hemat saya, maksud ‘dibelenggu’ di sana adalah majaz (kiasan). 


Maknanya, wallahu a‘lam, Allah senantiasa menjaga kaum Muslimin yang taat di bulan Ramadhan dari godaan setan sehingga mereka mampu menghindari kemaksiatan. Dengan begitu, setan tidak leluasa menggoda mereka yang berlainan halnya dengan bulan-bulan di luar Ramadhan,” 


(Lihat Al-Istidzkar, juz III, halaman 377).


Begitu pula syeikhul Islam Ibnu Taimiyah. Denga jeniusnya beliau mengkorelasikan antara hadits "Shuffidat" ini dengan hadits : 


إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ


"Sesungguhnya syaitan mengalir didalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah"


(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul Jaami', no. 1658)


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan:


"Orang yang berpuasa dilarang makan dan minum, karena dengan makan tubuh bertambah kuat. Makan dan minum dapat memproduksi banyak darah yang akhirnya setan dapat menyusup". 


ولا ريب أن الدم يتولد من الطعام والشراب، وإذا أكل أو شرب اتسعت مجاري الشياطين


"Tidak diragukan lagi bahwa darah dihasilkan dari saripati makanan dan minuman, dan jika ia makan atau minum maka akan melebarlah aliran setan didalam tubuhnya"


"Seiring dengan sempitnya aliran setan, aksi dan pengaruhnya juga akan melemah, itulah salah satu makna di Bulan Ramadhan ini setan terbelenggu. Pada bulan ramadhan setan tidak dapat melakukan apa yang biasanya dilakukan pada bulan-bulan lainnya" [Syarh Hakikat Ash-Shiyam, Syaikh 'Abdus-Salam bin Muhammad Asy-Syuwai'ir, hlm : 49-50]


Kesimpulan:

Dengan demikian, pengertian setan dibelenggu dalam hadits Shuffidat tidak dapat dimaknai sepenuhnya secara harfiah. Mayoritas ulama hadits bahkan menafsirkannya secara kiasan. Artinya, setan terbelenggu dan terbatasi ruang geraknya oleh orang-orang yang berpuasa dengan senantiasa memenuhi syaratu rukun, dan adabnya. Pada saat yang sama, Allah memelihara mereka dari perbuatan tercela.

___

Ustadz Khudori





0 Komentar