Saat Anak Remaja Enggan Masuk Pesantren, Bolehkah Dipaksa ?







Kita sangat bahagia ketika melihat geliat dakwah Islam dan menjamurnya lembaga pendidikan, pondok pesantren, dan lainnya di Indonesia. 

Demikian juga semangat orang tua untuk memondokkan dan mensekolahkan anaknya di sekolah Islam karena melihat bagaimana parahnya pergaulan anak-anak zaman ini. 

Dan memang karena anak belum punya keinginan untuk mondok, maka anak pun harus diberikan penekanan untuk berangkat mondok.

Terutama anak laki-laki. Karena kebersamaan anak laki-laki dengan orang tuanya hendaknya sampai kepada fase assa'yu. Yaitu masa di mana dia mampu berusaha sendiri, mandiri kecakapan mengurus diri nya sudah baik. Yaitu sekitar usia 12 tahun. Jadi, anak laki-laki berada di rumah hanya 12 tahun saja. 

Lalu bagaimana cara memberikan penekanan dan motivasi agar anak anak mau belajar agama di pesantren...? 

Memberikan Penekanan agar mau berangkat mondok harus diawali dengan motivasi hati, baik Mahabbah (cinta kepada Allah ) dan Roja' (harapan pahala ).

Sungguh sangat tidak bijak ketika anak dipaksa sesuatu yang ia belum mengetahui dan mencintai perkara itu. Karena dalam kondisi terpaksa anak hanya bisa mengamalkan ibadah dengan badan semata tanpa hadirnya hati. 

Pemaksaan anak harus dilihat kepada arah potensi dan bakatnya. Apakah apa yang dipaksakan kepada anak memang itu adalah kelebihan dia sehingga ia akan mudah meraihnya. Jangan sampai anak dipaksa untuk meraih sesuatu yang ia tidak punya kelebihan di bidang tersebut yang ditakutkan anak akan gagal atau hasilnya kurang maksimal. 

Dan kita telah fahami bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Maka pendidikan adalah mengasah kekuatan bukan mengasah kekurangan. 

Bahwa penegasa kepada anak hendaknya dilakukan diatas umur 10 tahun.

1. Sedangkan umur 0 - 7 tahun hendaknya lebih mengedepankan MAHABBAH yaitu anak dibuat mencintai dan terpesona dengan Allah. 

2. Umur 8 - 10 tahun mengedepankan ROJA' yaitu anak dibuat memiliki harapan masuk surga. 

3. Dan ketika umur 10 tahun keatas baru memakai metode KHOUF yang tentu didalamnya ada paksaan, hukuman, dan pukulan.

Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ


"Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat). Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)"


Oleh sebab itu memaksa anak untuk belajar agama adalah baik selama bisa mendatangkan maslahat, akan tetapi jika malah membawa madhorot maka hendaknya dihindari. 

Imam Bukhari berkata:

باب التوثق ممن تخشى معرته وقيد ابن عباس عكرمة على تعليم القرآن والسنن والفرائض

"Bab mengikat orang yang ditakutkan akan merusak dan berbuat sia-sia. Dan Ibnu Abbas pernah mengikat ikrimah untuk mempelajari al-Qur'an, Sunnah, dan ilmu warisan"


Ikrimah berkata: "Dahulu Ibnu Abbas menaruh borgol di kedua kakiku, beliau mengajariku al Qur'an, Sunnah, dan ilmu warisan" 

(Riwayat ini dishohihkan oleh Syaikh Mustofa al Adawi dalam kitab Fikih Tarbiaytil Abna': 174)


Praktek Ibnu Abbas ini sangat penting untuk menjadi acuan dalam konsep pendidikan. 

Yaitu bahwa ketika anak sudah masuk fase Murohaqoh (10 tahun ke atas) adalah masa tancap gas untuk persiapan baligh sehingga anak mulai dididik keras untuk menempa potensinya sehingga boleh dipukul, dihukum, dan dipaksa selama memang sudah tumbuh fitroh iman dan bakatnya.


Ada beberapa faedah dari kisah Ibnu Abbas ini, diantaranya:

A. Termasuk hikmah dalam mendidik anak usia baligh adalah pendidikan dengan Tegas entah berupa bahasa bahasa paksaan, hukuman saat diperlukan. Tegas dalam mendidik sangat baik jika pandai menempatkan timing (waktu) yang tepat. 

Tetapi harus diingat bahwa hukum asal mendidik adalah kasih sayang dan kelembutan.

B. Pendidikan dengan Tegas hendaknya dijalankan ketika anak sudah Murohaqoh (umur 10 tahun ke atas).

Ikrimah belajar kepada Ibnu Abbas sudah di masa Murohaqoh karna ia lahir pada tahun 25 H di awal Khilafah Utsman bin Affan. Dan Ustman menjadi kholifah selama 12 tahun.. 

Pada waktu Ali bin Abi Tholib menjadi kholifah, beliau menjadikan Ibnu Abbas sebagai gubernur Kuffah, dan di waktu ini ikrimah menjadi budaknya Ibnu Abbas dan belajar kepadanya. 


C. Seorang guru atau Orang Tua, hendaknya memaksa anak dalam mengasah potensi yang ada di dalam jiwanya. 


"BUKAN MEMAKSAKAN SESUATU YANG IA LEMAH DI DALAMNYA"


Oleh sebab itu Ibnu Abbas mengarahkan dan memaksa Ikrimah untuk mendalami ilmu dien karna memang sudah kelihatan potensi dan kelebihan ikrimah di dalam ilmu dien. 


D. Pendidikan BUKAN 'Gebyah Uyah' yaitu menyama ratakan semua anak dalam semua sistem dan caranya. 


Ibnu Abbas tidak memberlakukan semua anak seperti ikrimah, karena dalam pendidikan setiap anak berbeda-beda sesuai dengan potensi, karakter dan bakatnya.


E. Pendidikan anak sangat berbeda di setiap fasenya, maka tidak boleh mengambil satu sistem untuk diterapkan kepada semua fase dan jenjang anak. Maka jangan menerapkan sistem paksaan kepada anak ketika ia belum Murohaqoh (Akil, baligh, puber) 


Oleh sebab itu sangat tidak bijak menyamakan pendidikan orang dewasa dengan pendidikan anak kecil. 


Misalkan mengambil hadits tentang duduknya para sahabat dihadapan Rosulullah seperti di atas kepala mereka ada burung yang mana para sahabat waktu itu sudah dewasa, kemudian diterapkan untuk anak-anak TK dan SD supaya mereka duduk diam di kelas tidak bergerak, bahkan di atas kepala dikasih buku jika buku jatuh maka anak itu adabnya jelek dan bermasalah. Ini tidak tepat. 


Intinya bahwa memaksa dan memukul anak merupakan salah satu metode pendidikan JIKA BEREFEK BAIK DAN TERBUKTI BERMANFAAT. Jika ternyata sang anak malah tambah Down sebaiknya dicari cara lain. Anak kita adalah gen keturunan kita, dia memiliki karakter dari ayah dan ibunya. Silahkan kaji karakter diri ayah dan ibu dengan bercermin dengan pensikapan kepada anak. Ajukan pertanyaan kepada diri.. 

Apakah saya nyaman jika disikapi begini dan begitu...?. 

Mendidik tegas tepat terarah sudah diamalkan oleh para sahabat dalam mendidik anak di zaman mereka.. 

Berkata Ibrahim an Nakha'i :

وكانوا يضربوننا على الشهادة والعهد ونحن صغار


Dahulu para sahabat memukul kami terhadap persaksian dan perjanjian, ketika itu kami masih kecil" 

HR. Bukhari dan Muslim


Dalam lafadz Imam Muslim : ( ونحن غلمان ) "Dan kami waktu itu masih ghulam"


Dan Ghulam ( الغلام) berasal dari kalimat Ightilam ( الاغتلام ) yaitu kuatnya keinginan untuk nikah. Dan ini biasanya dimulai umur 10 sampai mendekati baligh.


Semoga ulasan ringkas ini bermanfaat. Dan semoga Allah memudahkan anak-anak kita untuk mempelajari ilmu agama dan mengamalkannya karena ikhlas dan kecintaan kepada Allah bukan karena keterpaksaan. 


Dan, Berikut strategi supaya Anak remaja tertarik untuk berangkat mondok :


1. Sejak kelas 5 SD, Hendak nya sering diajak berlibur dan mampir di pondok-pondok pesantren yang berfariasi. Jika memungkinkan menginaplah semalam atau 2 malam. Di pondok-pondok tertentu biasanya disediakan penginapan orang tua. Baik gratis atau berbayar. Kalaupun berbayar biasanya murah meriah standar harga ikhwan. Anak akan melihat seluruh kegiatan pesantren. Dari Praktek bahasa yang digunakan, kegiatan ekskulnya hingga Kegiatan belajar di kelas atau di masjid. 


2. Perhatikan bakat dan kecenderungan anak. Jika anak tertarik kepada IT (Teknologi Komputer) carilah pondok yang ada Ekskul IT nya atau sekalian saja masukan dia ke pondon yang fokus di bidang IT. 


Mereka akan diajari agama dan IT secara bersamaan. Pondok yang fokus dengan brand IT nya sudah banyak tersebar di Indonesia terutama di pulau Jawa. 


Jika anak tertarik dalam bidang olahraga pancing dia masuk ke pesantren yang berprestasi dalam bidang olahraga. Entah, berkuda, memanah, beladiri ataupun basket. 


3. Berikan wawasan tentang kehidupan pesantren, Dan alumni-alumninya. Sampaikan bahwa orang-orang sukses biasanya mengalami fase di kehidupan remajanya dengan hidup jauh dari orang tua. Karena di masa itulah dia belajar hidup mandiri dan ditempa menjadi manusia tangguh. 


3. Di fase akhir, tawarkan beberapa alternatif pesantren sesuai dengan kesiapan anak dan orang tua.

Saat anak masih ragu karena takut jauh dengan orang tua, hendaknya orang tua tidak memaksa agar anak harus mondok di tempat yang jauh. Pilihkan pesantren yang dekat DENGAN POSISI RUMAH. 

Saat anak belum kuat berlama-lama terpisah dengan Orangtua dalam jangka waktu yang sangat lama, pilihkan pesantren yang mengizinkan santrinya pulang sebulan sekali. 


Saat orang tua atau sang anak tertarik dengan sebuah pesantren bagus tapi tidak memadai dalam hal biayanya. Hendaknya mencari pesantren yang dekat dengan biaya terjangkau. 


Saat sang anak enggan masuk ke Pesantren yang terlalu dibebani hafalan, orang tua bisa mencarikan pesantren yang Lebih cenderung kepada pengasahan skill dan enterpreneur (wirausaha). Semua akan masuk surga dengan keahlian masing-masing selama keahliannya digunakan untuk mendapatkan ridho Allah. Di zaman ini, Seorang Ustadz tidak akan menjadi apa-apa jika tidak ada ahli IT yang memback up dakwahnya agar tersebar ke seluruh alam. 


Akan tetapi ada satu patokan yang harus selalu ada di lembaga pesantren dan hal ini tidak akan membebani santri siapapun. Yaitu, Sebuah pesantren harus mendahulukan Pola Pendidikan Karakter sebelum mengajarkan keahlian yang lain. 

___

Ustadz Khudori 

Mudir Pesantren Inklusi Griya Sunnah Cileungsi Bogor

Belajar Sesuai Perkembangan Otak

wa.me/6281317002011


0 Komentar