Mengenal Imam Azzuhri

Dok. Kajian Pangkalan 12 Mengaji. Klik di sini

Sejarah mencatat Umar bin Khatab Radiyallahu anhu hijrah dari Makkah ke Madinah ikut meyusul Rasulullah, kemudian Umar bin Khaththab di Madinah menikah dengan Jamilah binti Tsabit, seorang wanita dari kaum Anshar (Madinah), lahirlah Ashim bin Umar.


Ashim bin Umar menikah dengan Ummu Ammarah seorang wanita Anshar, dan memiliki anak Laila binti Ashim.


Laila binti Ashim di kemudian hari menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, dari pernikah tersebut lahirlah Umar bin Abdul Aziz. 


Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah tidak lama ± 3 tahun, beliau wafat sebab sakit. Meski sebentar sebagai "khalifah" kecintaan beliau terhadap ilmu menjadikan beliau termasuk "ulama" dijamanya, tercatat di era kepemimpinanya kemajuan ilmu hadist begitu pesat, beliau mencanangkan "mega proyek" pembukuan  hadist secara masif


Salah satu ulama yg diberi kepercayaan untuk menangani project tersebut adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab bin Abdillah al Qurasyi Az Zuhri rahimahullah. Atau lebih dikenal az Zuhri. Satu pendapat menyebutkan bahwa Az Zuhri lahir pada tahun 51 H.


Meskipun berstatus sebagai shighar tabiin (Tabiin Kecil) namun beliau adalah ulama besar di masanya. Az Zuhri banyak menimba ilmu dari sebagian sahabat dan para pembesar ulama tabiin. Semisal Ibnu Umar, Jabir bin Abdillah, Hasan Bashri, Urwah bin Zubair, Atha bin Abi Rabah, Said bin Musayyib dll.


Terutama dari Said bin Musayyib Rahimahullah, beliau adalah salah satu gurunya yg sangat istimewa. 

Hingga Az Zuhri berkisah :

"Lututku senantiasa menempel pada lutut Said bin Musayyib selama delapan tahun.”

Dalam kurun waktu itu, beliau tinggal dan menimba ilmu dari Said bin Musayyib.


Said bin Musayyib adalah menantu dari "Abu Hurairah", beliau sempat bertemu dengan istri² Nabi untuk menimba ilmu hadist, juga kepada Umar bin Khatab, Ali, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, juga kepada mertuanya".


Said bin Musayyib adalah orang yg paling hapal atas berbagai hukum dan keputusan yg dikeluarkan oleh Khalifah Umar bin Khattab, sehingga mendapat julukan Rawiyatul Umar (periwayat Umar).


Hadits "mursal" yg berasal dari Said bin Musayyib dianggap hasan oleh Imam Syafi’i, Imam Ahmad juga selainnya berkata, "Mursalat yaitu kumpulan hadits-hadits  mursal yang diriwayatkannya adalah shahih kesemuanya.”

Mursal adalah hadits yang hilang atau tidak disebutkan perawi dari golongan sahabat. 


Ciri hadits mursal adalah sebuah hadits yg disampaikan oleh tabi’in (baik tabi’in kecil maupun besar) tanpa menyebutkan nama sahabat, dan langsung menyebut nama Rasulullah.


Jika ada tabiin yg menyebutkan hadits langsung dari Rasul, maka hadits tersebut adalah hadits mursal karena secara "teknis seorang tabi’in" tidak akan mendapatkan hadits tanpa sahabat.


Demikianlah silsilah guru dari imam Az Zuhri, sehingga khalifah Umar bin Abdul Aziz menunjuk Az Zuhri melaksanakan project pembukuan "hadist-hadits yang masih berserakan".


Sebelum menjabat menjadi khalifah di Damaskus, Umar bin Abdul Aziz merupakan Gurbenur Madinah. Madinah, adalah kota yg telah disepakati oleh sejarawan sebagai kota dengan perkembangan ilmu terbaik dan lingkungan keilmuan yg unggul. Bahkan ketika masa khulafa-ur-Rasyidin, kota menjadi tempat konvensi para sahabat Nabi dan mereka semua adalah para pembawa ilmu-ilmu Nabi. Jadi sudah pasti kota madinah adalah kota yg berisikan dengan ilmu dan para ulama mumpuni.


Adalah "Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn 'Amr ibn al Harits" seorang pemuda yg rajin hadir dalam Halaqah Az Zuhri. Malik bin Anas Yang tiada lain adalah Imam Malik sendiri, adalah orang madinah tulen. Keberadaannya di kota Nabi sejak kecil bahkan sampai wafat itu menjadi nilai plus yg sangat wajar banyak orang memujanya. 


Terlebih lagi adanya sabda baginda Nabi. Dari Abu Hurairah Nabi bersabda :


“Hampir saja orang- orang itu akan memukuli lambung unta (saking susahnya) dalam mencari ilmu. Dan kalian tidak akan menemukan seorang ulama yg lebih pandai dibanding ulama kota Madinah”.

(HR. Ibnu Hibban).


Di antara sekian kelebihan Az Zuhri adalah kekuatan hafalannya yang kokoh dan sangat mutkin. Beliau adalah penghafal pilih tanding dengan memori hafalan yg sangat banyak. Pantas jika Az Zuhri sendiri pernah menyatakan, “Tidak pernah kalbuku menghafal sesuatu kemudian lupa.”


Beliau mampu menghafal Al Quran hanya dalam jangka waktu 80 malam. Kekuatan hafalan ini berberbanding lurus dengan pemahamannya yg sangat tajam dan jernih.

Ia langsung bisa memahami pembicaraan lawan bicaranya tanpa perlu diulang lagi.

Imam Malik berkisah, tentang salah satu gurunya tersebut “Suatu ketika Az Zuhri pernah memberikan seratus hadis kepada kami.” Kemudian ia menengok ke arahku seraya mengatakan, “Berapa hadis yg telah engkau hafal wahai Malik?”

Aku pun menjawab, “Empat puluh hadis.”

Ia pun meletakkan tangan pada dahinya dan berkata, “Innaa lillaah, bagaimana kami akan menyampaikan hafalan?”


Az Zuhri semakin disegani dengan dukungan wawasan ilmunya yg luas dan koleksi hadis yg banyak.

Ali Al Madini sahabat Az Zuhri sekaligus salah satu 7 "Fuqafa" Madinah berkata, “Az Zuhri mempunyai 2000 hadis.”


Al Laits bin Sa’ad berkata, “Aku belum pernah melihat seorang ulama yg ilmunya lebih lengkap daripada Az Zuhri. Seandainya engkau mendengarnya berbicara tentang motivasi dan semangat, niscaya engkau akan mengatakan,


“Tidaklah dia ahli kecuali dalam bidang ini.”

Namun jika dia berbicara tentang kisah para nabi dan orang-orang ahli kitab, pasti engkau akan mengatakan hal yg sama.

Apabila ia berbicara tentang ilmu nasab, engkau pasti juga akan mengatakan hal yg sama.”


Ia adalah figur ulama yg menguasai dengan baik berbagai cabang ilmu. Tatkala menjelaskan suatu cabang ilmu agama, orang menilai bahwa ia sangat ahli dalam bidang tersebut. Sedangkan cabang ilmu yg lain tidak menguasainya dengan baik. Namun di luar dugaan, ternyata semuanya dikuasai dengan baik.


Satu lagi keistimewaan beliau adalah jiwa sosial dan kedermawanan yg luar biasa. Hingga Al Laits bin Sa’ad menyatakan bahwa Az Zuhri termasuk manusia yg paling dermawan.

Ia tidak pernah menolak permintaan setiap orang yg datang dan meminta kepadanya.


Kebiasaan beliau adalah memberi makan Tsarid dan madu kepada manusia. Bukan rahasia lagi kalau Az Zuhri sangat menyukai madu. “Karena madu bisa menguatkan hafalan,” kata Az Zuhri.

Jiwa sosialnya yg tinggi mendorongnya gemar berinfak kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan.


Ziyad bin As’ad mengatakan kepada Az Zuhri, “Sesungguhnya hadis-hadismu membuatku kagum. Namun aku tidak mempunyai bekal untuk mengikuti majelismu.”


Sontak Az Zuhri mengatakan kepadanya, “Jangan khawatir, ikuti aku dan biayayamu aku yg akan menanggungnya.”


Limpahan uang dinar dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz atas jasanya "membukukan hadist" tidak membuat Az Zuhri silau dan tergoda. Ia meletakkan dinar di tangannya dan tidak memberikan ruang di hatinya.


Berkata Amr bin Dinar :

“Belum pernah aku melihat ada pribadi yg memandang rendah dirham dan dinar daripada Az Zuhri. Sungguh dinar dan dirham bagaikan kotoran hewan baginya.”

Wajar jika ia sangat ringan tangan membagi-bagikan dinar kepada orang² yg membutuhkannya.


Az Zuhri menempati kedudukan ilmiyah yg sangat agung di mata para ulama sezamannya. Untaian pujian ulama² besar tercurah kepadanya. Tidak jarang pula ia disejajarkan bahkan diunggulkan atas ulama tenar yg sezaman dengannya.


Pujian pun datang dari murid beliau Imam Malik, beliau berkata, “Az Zuhti tetap eksis dan tidak ada satu pun yg selevel dengannya. Jika ia datang ke Madinah, tidak ada satu pun yg berani menyampaikan hadis hingga ia keluar darinya.”


Imam Syafii mengatakan, “Kalau bukan karena Az Zuhri niscaya akan hilang sunnah-sunnah di Madinah.”


Selain berbagai kelebihan di atas, Az Zuhri juga sangat menonjol dalam ilmu sejarah. Berkenaan dengan berit² para nabi yg diriwayatkan dari Ubaidillah bin Abdillah, Urwah bin Zubair, Asy Sya’bi dan selainnya. Terutama perhatian besarnya terhadap sejarah kehidupan dan berbagai peperangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Dengan demikian beliau tidak hanya fokus meriwayatkan hadis dan mempelajari fikih. Namun beliau juga melakukan penelitian ilmiyah dan "pembukuan" terhadap ilmu sejarah.

Setelah sekian lama menjalani kehidupan yg penuh ilmu dan dakwah, beliau pun wafat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 124 H menurut pendapat sebagian ulama.

(At Tibyan).


Demikianlah dengan "sekelumit" pembahasan dari sekian banyak kisah² para salafus sholih ... kita jadi faham betapa kuatnya "sanad ilmu" para imam Madzhab diawali dari az Zuhri mempuyai murid imam Malik, dan imam Malik merupakan salah satu Guru utama imam Syafei, imam Syafei merupakan salah satu guru Imam Ahmad.

Imam Ahmad punya murid yg menjadi ahli hadist yaitu Imam Bukhari dan imam Abu Dawud.

Imam Bukhari punya murid imam Muslim. 

Sedangkan imam Abu Dawud punya murid imam at Tirmidzi dan imam Nasai'.

___

Video Kajian Pangkalan 12


0 Komentar